MAKALAH
ANTI VIRUS
OLEH :
RONI TASUGALEN (09061038)
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
KATHOLIKDE LA SALLE
MANADO
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Tuhan yang maha kuasa karena atas berkat dan tuntunannya sehingga makalah yang
berjudul “Antivirus” ini bisa
diselesaikan dengan baik.
Penulis
juga menyampaikan terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas untuk membuat makalah ini, serta kepada siapa
saja yang telah terlibat dalam proses penulisannya, terlebih kepada teman–teman sekelas yang
telah memotivasi penulis sehingga makalah ini bisa diselesaikan.
Sebagai manusia yang
tidak lepas dari keterbatasan kemampuan, dibarengi dengan berbagai kesulitan
dan hambatan, maka penulis menyadari bahwa makalah ini tidak terhindar dari
berbagai macam kekurangan.
Dengan kekurangan yang
ada penulis menyambut saran dan petunjuk yang objektif dari semua pihak untuk
menyempurnakan makalah ini. Sehubungan dengan itu melalui kesempatan yang indah
ini, penulis menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya disertai ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang sudah telah membantu dalam pembuatan
malakah ini.
Doa dan harapan
kiranya dengan hadirnya malakah ini,
dapatlah membantu para pembaca sekalian dalam mempelajari materi tentang Antivirus.
Tuhan Yang Maha Esa
menolong dan memberkati.
Penulis
Roni
Tasugalen
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Selama bertahun-tahun
terdapat anggapan bahwa sangatlah sulit untuk mendapat kemoterapi antivirus
dengan selektifitas yang tinggi. Siklus replikasi virus yang dianggap sangat
mirip dengan metabolisme normal manusia menyebabkan setiap usaha untuk menekan
reproduksi virus juga dapat membahayakan sel yang terinfeksi. Bersamaan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan pengertian yang lebih dalam mengenai
tahap-tahap spesifik dalam replikasi virus sebagai target kemoterapi anti
virus, semakin jelas bahwa kemoterapi pada infeksi virus dapat dicapai dan
reproduksi virus dapat ditekan dengan efek yang minimal pada sel horpes.
Perkembangan
obat anti virus baik sebagai profilaksis ataupun terapi belum mencapai hasil
seperti apa yang diinginkan oleh umat manusia. Berbeda dengan anti mikroba lainya,
antiviral yang dapat menghambat atau membunuh virus juga akan dapat merusak sel
hospes dimana virus itu berada. Ini karena replikasi virus RNA maupun DNA
berlangsung didalam sel hospes dan membutuhkan enzim dan bahan lain dari
hospes. Tantangan bagi penelitian ialah bagaimana menemukan suatu obat yang
dapat menghambat secara spesifik salah satu proses replikasi virus seperti :
peletakan, uncoanting dan replikasi.
Analisis biokimiawi dari proses sintesis virus telah membuka tabir bagi terapi
yang efektif untuk beberapa infeksi seperti : virus hespes, beberapa virus
saluran napas dan human immunodeficiency
virus (HIV).
Dengan
mencuatnya masalah penyakit acquired-immuno-deficiency-syndrom
(AIDS) maupun virus lainnya, maka kegiatan penelitian mencari obat anti viral
telah mendapat dukungan yang lebih luas dari berbagai pihak baik swasta maupun
pemerintah, terutama di Negara maju.
Sejumlah
obat anti virus dapat dikembangkan didekade 50 dan 60 saat ini memiliki
pemamfaatan terbatas. Obat ini adalah idoksuridin, vidarabin dan sitarabin.
Obat ini bersifat tidak selektif dalam menghambat replikasi virus sehingga
banyak fungsi sel hospes juga dihambat. Toksisitas misalnya supresi sumsum
tulang telah menghalangi obat di atas digunakan secara parental kecuali vidarabin.
Hanya idoksuridin dan vidarabin yang saat ini masih dapat digunakan secara
topikal sebagai obat pilihan kedua dan ketiga pada herpes simplex keratin konjunctifitis. Obat anti virus generasi baru pada
umumnya bekerja lebih selektif terutama asiklovir sehingga toksisitasnya lebih
rendah.
Berdasarkan
pemaparan materi diatas maka penulis tertarik untuk membuat makalah yang
berjudul Anti Virus.
B. Tujuan
1. Tujuan
umum
Tujuan
umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengerti dan memahami jenis
penyakit anti virus, jenis obat anti virus, hubungan penyakit dan obat anti
virus dan proses keperawatannya.
2. Tujuan
khusus
Tujuan
khusus dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui jenis penyakit anti virus
2. Untuk
mengetahui jenis obat anti virus
3. Untuk
mengetahui hubungan penyakit dan obat anti virus
4. Untuk
mengetahui proses keperawatan dari obat-obat
anti virus
C.
Metode
penulisan
Metode
penulisan makalah ini menggunakan metode deskriftif dengan berbagai sumber buku,
buku-buku yang berkaitan dengan materi yang diberikan dan diakses dari
internet. Makalah ini terdiri dari beberapa pokok bahasan yang merupakan tugas yang
diberikan dosen kepada penulis.
D. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan makalah ini yaitu
:
1. BAB
I PENDAHULUAN
Bab
I pendahuluan memuat tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan
dan sistematika penulisan.
2. BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
Bab
II tinjauan pustaka terdiri atas jenis penyakit anti virus, jenis obat dan
hubungan penyakit dan obat-obat anti virus dan proses keperawatan obat-obat
anti virus.
3. BAB
II PENUTUP
Bab II penutup terdiri atas
kesimpulan dan saran
4.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar
pustaka merupakan kumpulan referensi yang digunakan untuk membuat makalah ini
dan merupakan bagian akhir dari makalah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Jenis Penyakit Antivirus
a. INFLUENZA
Influensa,
biasanya dikenali sebagai flu di masyarakat, adalah penyakit menular burung dan
mamalia yang disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus
influensa). Penyakit ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin dari
sipenderita. Pada manusia, gejala umum yang terjadi adalah demam, sakit
tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat dan mengeluarkan cairan, batuk,
lesu serta rasa tidak enak badan. Dalam kasus yang lebih buruk, influensa juga
dapat menyebabkan terjadinya pneumonia, yang dapat mengakibatkan kematian
terutama pada anak-anak dan orang berusia lanjut.
Masa
penularan hingga terserang penyakit ini biasanya adalah 1 sampai 3 hari sejak
kontak dengan hewan atau orang yang influensa. Virus influensa cepat sekali
bermutasi, sehingga setiap kali para ahli virus harus berusaha menemukan
penangkal yang baru. Wabah flu terbesar pertama adalah pandemi flu spanyol
(1918). Beberapa tahun yang lalu kita mengenal flu Hong Kong dan pada tahun
2005 merebak flu burung. Semua ini menunjukkan betapa sulitnya usaha
penangkalan terhadap penyakit ini.
b. HERPES
Herpes zoster (Shingles) adalah suatu penyakit
yang membuat sangat nyeri (rasa sakit yang amat sangat). Penyakit ini juga disebabkan
oleh virus herpes yang juga mengakibatkan cacar air (virus varisela zoster).
Seperti virus herpes yang lain, virus varisela zoster mempunyai tahapan penularan
awal (cacar air) yang diikuti oleh suatu tahapan tidak aktif. Kemudian, tanpa alasan
virus ini jadi aktif kembali, menjadikan penyakit yang disebut sebagai herpes
zoster. Kurang lebih 20% orang yang pernah cacar air lambat laun akan
mengembangkan herpes zoster. Keaktifan kembali virus ini kemungkinan akan
terjadi pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Ini termasuk orang
dengan penyakit HIV, dan orang di atas usia 50 tahun.
Herpes zoster hidup dalam jaringan saraf. Kejangkitan
herpes zoster dimulai dengan gatal, mati rasa, kesemutan atau rasa nyeri yang
berat pada daerah bentuk tali lebar di dada, punggung, atau hidung dan mata. Walaupun
jarang, herpes zoster dapat menular pada saraf wajah dan mata. Ini dapat
menyebabkan jangkitan di sekitar mulut, pada wajah, leher dan kulit kepala, dalam
dan sekitar telinga, atau pada ujung hidung.
Jangkitan herpes zoster hampir selalu terjadi hanya
pada satu sisi tubuh. Setelah beberapa hari, ruam muncul pada daerah kulit yang
berhubungan dengan saraf yang meradang. Lepuh kecil terbentuk, dan berisi
cairan. Kemudian lepuh pecah dan berkeropang. Jika lepuh digaruk, infeksi kulit
dapat terjadi. Ini membutuhkan pengobatan dengan antibiotik dan mungkin
menimbulkan bekas. Biasanya, ruam hilang dalam beberapa minggu, tetapi
kadang-kadang rasa nyeri yang berat dapat bertahan berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun. Kondisi ini disebut “neuralgia pascaherpes”.
c. HIV
HIV (human
immunodeficiency virus) adalah sebuah retrovirus yang menginfeksi sel sistem
kekebalan tubuh manusia terutama Sel T CD4+ dan makrofaga, komponen vital dari
sistem sistem kekebalan tubuh "tuan rumah" dan menghancurkan atau
merusak fungsi mereka. Infeksi dari HIV menyebabkan pengurangan cepat dari
sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan kekurangan imun. HIV merupakan
penyebab dasar AIDS. HIV berbeda dalam struktur dengan retrovirus yang
dijelaskan sebelumnya. Besarnya sekitar 120 nm dalam diameter (seper 120 milyar
meter, kira-kira 60 kali lebih kecil dari sel darah merah) dan kasarnya
"spherical".
HIV menular melalui
hubungan kelamin dan hubungan seks oral, atau melalui anus, transfusi darah,
penggunaan bersama jarum terkontaminasi melalui injeksi obat dan dalam
perawatan kesehatan, dan antara ibu dan bayinya selama masa hamil, kelahiran
dan masa menyusui. UNAIDS transmission. Penggunaan pelindung fisik seperti
kondom latex dianjurkan untuk mengurangi penularan HIV melalui seks. Belakangan
ini, diusulkan bahwa penyunatan dapat mengurangi risiko penyebaran virus HIV,
tetapi banyak ahli percaya bahwa hal ini masih terlalu awal untuk
merekomendasikan penyunatan lelaki dalam rangka mencegah HIV.
Pada akhir tahun 2004
diperkirakan antara 36 hingga 44 juta orang yang hidup dengan HIV, 25 juta di
antaranya adalah penduduk sub-Sahara Afrika. Perkiraan jumlah orang yang
terinfeksi HIV di seluruh dunia pada tahun 2004 adalah antara 4,3 juta hingga
6,4 juta orang. (AIDS epidemic update December 2004).
Di Asia, wabah HIV
terutama disebabkan oleh para pengguna obat bius lewat jarum suntik, hubungan
seks baik antarpria maupun dengan pekerja seks komersial, dan pelanggannya,
serta pasangan seks mereka. Pencegahannya masih kurang memadai.
2. Jenis Obat Antivirus Dan Hubungan
Obat Dengan Penyakit
Obat
antivirus terdapat dalam empat golongan besar tapi obat anti virus yang akan
dibahas dalam dua bagian besar yaitu pembahasan mengenai antinonretrovirus dan
antiretrovirus. Klasifikasi pembahasan obat antivirus adalah sebagai berikut:
1. Antinonretrovirus
- Antivirus
untuk herpes
- Antivirus
untuk influenza
- Antivirus
untuk HBV dan HCV
2. Antiretrovirus
-
Nucleoside reverse transcriptase
inhibitor (NRTI)
-
Nucleotide reverse transcriptase
inhibitor (NtRTI)
-
Non- Nucleoside reverse transcriptase
inhibitor (NNRTI)
-
Protease inhibitor (PI)
-
Viral entry inhibitor
SENYAWA
|
MEKANISME
KERJA
|
Asiklovir
Valasiklovir
Gansikovir
Pensiklovir
Famsiklovir
Foskarnet
Ribavirin
Lamivudin
Amantadin
Rimantadin
Interferon
alfa
NRTI
NNRTI
|
Dimetabolisme
menjadi asiklovr trifosfat, yang menghambat DNA polimerase virus
Sama
dengan asiklovir
Dimetabolisme
menjadi gansiklovir trifosfat, yang menghambat DNA polimerase virus
Dimetabolisme
menjadi pensiklovir trifosfat yang menghambat DNA polimerase virus
Sama
dengan pensiklovir
Menghambat
DNA polimerase dan reverse transcriptase pada tempat ikata pirofosfat
Mengganggu
mRNA virus
Hambatan
DNA polimerase dan reverse transciptase virus
Hambatan
kenal ion protein M2 dan modulasi pH intrasel
Hambatan
kenal ion protein M2 dan modulasi pH intrasel
Induksi
enzim seluler yang mengganggu sintesis protein virus
Induksi
enzim seluler yang mengganggu sintesis protein virus
Menghentikan
perpanjangan rantai DNA virus, dengan cara bergabung pada ujung 3 rantai DNA
virus
Menghambat
HIV-1 reverse transriptase melalui interaksi dengan allosteric pocket site.
|
Gambar 1. Beberapa
contoh antivirus dan mekanisme kerja
1. Antinonretrovirus
Obat
antivirus untuk herpes
Obat-obat yang
aktif terhadap virus herpes umumnya merupakan antimetabolit yang mengalami
bioaktivasi melalui enzim kinase sel hospes atau virus untuk membentuk senyawa
yang dapat menghambat DNA polimerase virus. Gambaran mekanisme kerja obat-obat
antimetabolit (analog purin dan pirimidin) sebagai anti virus.
|
Gambar
2. Mekanisme kerja analog purin dan pirimidin
Gambar
3. Profil farmakokinetik antivirus Herpes
Parameter
|
Asiklovir
|
Gansiklovir
|
Famsiklovir
(Pensiklovir)
|
Foskarnet
|
Sidofovir
|
Bioavailabilitas
oral
|
10-30%
|
<10%
|
65-77%
|
9-17%
|
<5%
|
Efek makanan pada
AUC
|
¯(18 % degn. Makanan berat )
|
(20%)
|
Dapat
diabaikan
|
Tidak
pasti
|
Tidak
diketahui
|
t ½
eliminasi (jam)
|
2,5-3
|
2-4
|
2
|
4-8
|
2-3
|
t ½
eliminasi trifosfat (jam)
|
-1
|
>24
|
7-20
|
Tidak
diketahui
|
17-65
|
Rasio CSF/plasma
(rata-rata)
|
0,5
|
0,2-0,7
|
Tidak dapat
dipastikan
|
0,7
|
Tidak
dapat dipastikan
|
Ikatan protein
|
9-33%
|
1-2%
|
<20%
|
15%
|
<6%
|
Metabolisme
|
-15%
|
Dapat
diabaikan
|
-5%
|
Dapat
diabaikan
|
Dapat
diabaikan
|
Ekskresi renal
(parent drug)
|
60-90%
|
>
90%
|
70%
|
>80%
|
>80%
|
Penyesuaian dosis
|
CLcr <
50 (IV)
CLcr <
25 (PO)
|
CLcr
< 80
|
CLcr
<60
|
CLcr
<58-67
|
Scr >1,5
mg/dl*
CLcr <55*
|
AUC = area under plasma concentration-time curve;
CLcr = klirens kreatinin dalam mL/menit; Scr = kadar
kreatinin serum; ¯, menurun; ,
meningkat; CFS = cerebrospinal fluid.
* dikontraindikasi pada gagal ginjal.
v ASIKLOVIR
Asiklovir
[9-(2-hidroksietoksimetilguanin)] merupakan obat sintetik jenis analog
nukleosida purin. Sifat antivirus asiklovir terbatas pada kelompok virus
herpes.
1.
Farmakokinetik
Asiklovir
bersifat konsisten mengikuti model dua-kompartemen; volume distribusi taraf
mantap kira-kira sama dengan volume cairan tubuh. Kadar plasma taraf mantap
setelah dosis oral ialah 0,5 ug/ml setelah dosis 200 mg dan 1,3 ug/ml setelah
dosis 600 mg. pada pasien dengan fungsi ginjal normal, waktu paruh eliminasi
kira-kira 2 ½ jam pada orang dewasa dan 4 jam pada neonatus serta 20 jam pada
pasien anuria. Kadar obat juga dapat diukur di saliva, cairan lesi dan secret
vagina. Kadar cairan serebrospinal mencapai setengah kadar plasma. Di ASI
kadarnya lebih tinggi. Lebih dari 80% dosis obat dieliminasi melalui filtasi
glomerulus ginjal dan sebagian kecil melalui sekresi tubuli. Hanya sekitar 15%
dosis obat yang diberikan dapat ditemukan kembali di urine sebagai metabolit
inaktif.
2.
Mekanisme
kerja
Asiklovir
merupakan analog 2’-deoksiguanosin. Asiklovir adalah suatu prodrug yang beru
memiliki efek antivirus setelah dimetabolisme menjadi asiklovir trifosfat.
Langkah
yang penting dari proses ini adalah pembentukan asiklovir monofosfat yang
dikatalisis oleh timidin kinase pada sel hospes yang terinfeksi oleh virus
herpes atau varicella zoster atau
oleh fosfotransferase yang dihasilkan oleh sitomegalo virus, kemudian enzim
seluler menambahkan gugus fosfat untuk membentuk asiklovir difosfat dan
asiklovir trifosfat. Asiklovir trifosfat menghambat sintesis DNA virus dengan
cara kompetisi dengan 2’-deoksiguanosin trifosfat dengan substrat DNA
polimerase virus. Jika asiklovir (dan bukan 2’-deosiguanosin) yang masuk
ketahap replikasi DNA virus, sintesis berhenti. Inkorporasi asiklovir
monofosfat ke DNA virus bersifat ireversibel karena enzim eksonuklease tidak
dapat memperbaikinya. Pada proses ini, DNA polimerase virus menjadi inaktif.
3.
Resistensi
Resistensi
terhadap asiklovir disebabkan oleh mutasi pada gen timidin kinase virus atau
pada gen DNA polimerase.
4.
Indikasi
Infeksi
HSV-1 dan HSV-2 baik lokal maupun sistemik (termasuk keratitis herpetik,
herpetik ensefalitis, herpes genitalia, herpes neonatal dan herpes labialis)
dan infeksi VZV (varisela dan herpes zoster). Karena kepekaan asiklovir
terhadap VZV kurang dibandingkan dengan HSV, dosis yang diperlukan untuk terapi
kasus varicella dan zoster jauh lebih
tinggi dari pada terapi infeksi HSV.
virus
|
Antivirus
|
Protein virus yang mengalami mutasi,
penyebab resistensi
|
RSV
CMV
VZV
Influenza A
HIV-1
|
Asiklovir
Pensiklovir
Foskanet
Vidarabin
Gansiklovir
Foskarnet
Asikovir
Amantadin
Rimantadin
NRTI,
NtRTI, NNRTI
PI
|
Timidin kinase virus; DNA
polimerase virus
Timidin kinase virus; DNA
polimerase virus
DNA polimerase virus
DNA polimerase virus
UL 97 fosfotransferase virus;
DNA polimerase virus
DNA polimerase virus
Timidin kinase virus; DNA
polimerase virus
Protein M2 (kanal ion) virus
Protein M2 (kanal ion) virus
Reverse
transcriptase virus
Reverse
transcriptase virus
Protease virus
|
Gambar 4. Protein virus yang
mengalami mutasi, penyebab resistensi terhadap antivirus
5.
Dosis
Untuk
herpes genital ialah 5 kali sehari 200 mg tablet, sedangkan untuk herpes zoster
ialah 4 kali sehari 400 mg. Penggunaan topikal untuk keratitis herpetik adalah
dalam bentuk krim ophthalmic 30 %
dank rim 5 % untuk herpes labialis. Untuk herpes ensefalitis, HSV berat lainnya
dan infeksi VZV digunakan asiklovir intravena 30 mg/kg BB perhari.
6.
Efek
samping
Asiklovir
pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Asiklovir topikal dalam pembawa
polietilen glikol dapat menyebabkan iritasi mukosa dan rasa terbakar dan
sifatnya sementara jika dipakai pada luka genitalia. Asiklovir oral, walaupun
jarang dapat menyebabkan mual, diare, ruam dan sakit kepala; dan sangat jarang
dapat menyebabkan insufiensi renal dan neurotoksitas.
v VALASIKLOVIR
Valaksiklovir
merupakan ester L-valil dari asiklovir dan hanya terdapat dalam formulasi oral.
Setelah ditelan, vasiklovir dengan cepat diubah menjadi asiklovir melalui enzim
valasiklovir hidrolase di saluran cerna dan di hati.
1.
Farmakokinetik
Bioavailabilitas
oralnya 3 hingga 5 kali asiklovir (54%) dan waktu paruh eliminasinya 2-3 jam,
waktu paruh intraselnya 1-2 jam. Kurang dari 1% dari dosis valasiklovir
ditemukan di urine selebihnya dieliminasi sebagai asiklovir.
2.
Mekanisme
kerja dan resistensi
Sama
dengan asiklovir
3.
Indikasi
Valasiklovir
terbukti efektif dalam terapi infeksi yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks, virus varicella-zoster dan
sebagai profilaksis terhadap penyakit yang disebabkan sitomegalovirus.
4.
Sediaan
dan dosis
Untuk
herpes genital per oral 2 kali sehari 500 mg tablet selama 10 hari. Untuk
herpes zoster 3 kali sehari 2 tablet 500 mg selama 7 hari.
5.
Efek
samping
Sama
dengan asiklovir. Pernah terdapat laporan valasiklovir menyebabkan
mikroangiopati trombolik pada pasien imunosupresi yang menerima beberapa macam
obat.
v GANSIKLOVIR
Gansiklovir
berbeda dari asiklovir dengan adanya penambahan gugus hidroksimetil pada posisi
3’ rantai samping asikliknya. Metabolisme dan dan mekanisme kerjanya sama denga
asiklovir. Yang sedikit berbeda adalah pada gansiklovir terdapat karbon 3’
dengan gugus hidroksil, sehingga masih memungkinkan adanya perpanjangan primer
dengan template, jadi gansiklovir bukanlah DNA chain terminator yang absolute seperti asiklovir.
1.
Farmakokinetik
Bioavailabilitas
oral sangat rendah sehingga gansiklovir diberikan melalui infus intravena. Obat
ini tersebar luas keberbagai jaringan termasuk otak. Kadar di plasma mencapai
diatas kadar hambat minimum (KHM) untuk isolat CMV yakni 0,02-3,0 ug/ml. Waktu
paruh berkisar antara 3-4 jam tetapi menjadi sekitar 30 jam pada penderita
gagal ginjal yang hebat. Penelitian pada hewan memperlihatkan bahwa gansiklovir
dieksresi melalui ginjal dalam bentuk utuh.
2.
Mekanisme
kerja
Gansiklovir
diubah menjadi gansiklovir monofosfat oleh enzim fosfotransferase yang
dihasilkan sel yang terinfeksi sitomegalovirus. Gansiklovir monofosfat
merupakan fosfotransferase yang lebih baik dibandingkan dengan asiklovir. Waktu
paruh eliminasi gansiklovir trifosfat sedikitnya 12 jam, sedangkan asiklovir
hanya 1-2 jam. Perbedaan inilah yang menjelaskan mengapa asiklovir lebih
superior dibandingkan dengan asiklovir untuk terapi penyakit yang disebabkan
oleh sitomegalovirus.
3.
Resistensi
Sitomegalovirus
dapat menjadi resisten terhadap gansiklovir oleh salah satu dari dua mekanisme.
Penurunan fosforilasi gansiklovir karena mutasi pada fosfotransferase virus
yang dikode oleh gen UL97 atau karena mutasi pada DNA polimerase virus. Varian
virus yang sangat resisten pada gansiklovir disebabkan karena mutasi pada
keduanya (gen UL97 dan DNA polimerase) dan dapat terjadi resistensi silang
terhadap sidofovir atau foskarnet.
4.
Indikasi
Infeksi
CMV, terutama CMV retinitis pada pasien immunocompromised
(misalnya : AIDS), baik untuk terapi dan pencegahan.
5.
Sediaan
dan dosis
Untuk
induksi diberikan IV10 mg/kg per hari (2x5 mg/kg, setiap 12 jam) selama 14-21
hari, dilanjutkan dengan pemberian maintenance
per oral 3000 mg per hari (3 kali sehari 4 kapsul @ 250 mg). implantasi
intraocular (intravitreal) 4,5 mg gansiklovir sebagai terapi lokal CMV retinitis.
6.
Efek
samping
Mielosupresi
dapat terjadi pada terapi dengan gansiklovir. Neutropenia terjadi pada 15-40%
pasien dan trombositopenia terjadi pada 5-20%. Zidovudin dan obat sitotoksik
lain dapat meningkatkan resiko mielotoksisitas gansiklovir. Obat-obat
nefrotoksik dapat mengganggu ekskresi gansiklovir. Probenesid dan asiklovir
dapat mengurangi klirens renal gansiklovir. Recombinant
colonystimulating factor (G-CSF; filgastrim, lenogastrim) dapat menolong
dalam penanganan neutropenia yang disebabkan oleh gansiklovir.
v VALGANSIKLOVIR
Valgansiklovir
merupakan ester L-valine dari gansiklovir
1.
Mekanisme
kerja dan resistensi
Sama
dengan gansiklovir
2.
Indikasi
Infeksi
CMV, valgansiklovir oral merupakan sediaan yang diharapkan dapat menggantikan gansiklovir
IV dalam terapi dan pencegahan infeksi dan CMV.
3.
Dosis
Untuk
induksi diberikan per oral 2 x 900 mg per hari (2 tablet 450 mg per hari)
selama 21 hari, dilanjutkan dengan terapi maintenance
1 x 900 mg/hari. Dosis harus dikurangi pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal.
4.
Efek
samping
Sama
dengan gansiklovir. Laporan Efek samping lain yang terjadi dengan terapi
valgansiklovir adalah sakit kepala dan gangguan gastrointestinal.
v PENSIKLOVIR
Struktur kimia
pensiklovir mirip dengan gansiklovir. Metabolism dan mekanisme kerjanya sama
dengan asiklovir, namum perbedaannya pensiklovir bukan DNA chain terminator obligat.
1.
Mekanisme
kerja
Pada
prinsipnya sama dengan asiklovir.
2.
Resistensi
Resistensi
terhadap pensiklovir disebabkan oleh mutasi pada timidin kinase atau DNA
polimerase virus. Kejadian resistensi selama pemakaian klinis sangat jarang.
Virus herpes yang resisten terhadap asiklovir juga resisten terhadap
pensiklovir.
3.
Indikasi
Infeksi
herpes simpleks mokokutan, khususnya herpes labialis rekuren (cold sores).
4.
Dosis
Diberikan
secara topikal dalam bentuk 1% krim.
5.
Efek
samping
Reaksi
lokal pada tempat aplikasi, namun jarang terjadi.
2. Antiretrovirus
NUCLEOSIDE
REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBITOR ( NRTI )
Reverse
transkripstase (RT ) mengubah RNA virus menjadi DNA proviral sebelum bergabung
dengan kromosom hospes. Karena antivirus golongan ini bekerja pada tahap awal
replikasi HIV, obat obat golongan ini menghambat terjadinya infeksi akut sel
yang rentan, tapi hanya sedikit berefek pada sel yang telah terinfeksi HIV.
Untuk dapat bekerja, semua obat golongan NRTI harus mengalami fosforilasi oleh
enzim sel hospes di sitoplasma. Yang termasuk komplikasi oleh obat obat ini
adalah asidosilaktat dan hepatomegali berat dengan steatosis.
v ZIDOVUDIN
1.
Farmakokinetik
Obat
mudah diabsorpsi setelah pemasukan oral dan jika diminum bersama makanan, kadar
puncak lebih lambat, tetapi jumlah total obat yang diabsorpsi tidak
terpengaruh. Penetrasi melewati sawar otak darah sangat baik dan obat mempunyai
waktu paruh 1jam. Sebagian besar AZT mengalami glukuronidasi dalam hati dan
kemudian dikeluarkan dalam urine.
2.
Mekanisme
kerja
Target zidovudin
adalah enzim reverse transcriptase (RT) HIV. Zidovudin bekerja dengan cara
menghambat enzim reverse transcriptase virus, setelah gugus asidotimidin (AZT)
pada zidovudin mengalami fosforilasi. Gugus AZT 5’- mono fosfat akan bergabung
pada ujung 3’ rantai DNA virus dan menghambat reaksi reverse transcriptase.
3.
Resistensi
Resistensi
terhadap zidovudin disebabkan oleh mutasi pada enzim reverse transcriptase.
Terdapat laporan resisitensi silang dengan analog nukleosida lainnya. Resistensi
: 3. Spektrum aktivitas : HIV(1&2)
4.
Indikasi
Infeksi
HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya(seperti lamivudin dan abakafir).
5.
Dosis
Zidovudin tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg,
tablet 300 mg dan sirup 5 mg /5ml disi peroral 600 mg / hari.
6.
Efek samping
Anemia, neotropenia, sakit kepala, mual.
v DIDANOSIN
1.
farmakokinetik
Karena
sifat asamnya, didanosin diberikan sebagai tablet kunyah, buffer atau dalam
larutan buffer. Absorpsi cukup baik jika diminum dalam keadaan puasa; makanan
menyebabkan absorpsi kurang. Obat masuk system saraf pusat tetapi kurang dari
AZT. Sekitar 55% obat diekskresi dalam urin.
2.
Mekanisme kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara
menghentikan pembentukan rantai DNA virus.
3. Resistensi
Resistensi terhadap didanosin disebabkan oleh
mutasi pada reverse transcriptase. Spektrum
aktivitas : HIV (1 & 2)
4. Indikasi
Infeksi HIV,
terutama infeksi HIV tingkat lanjut, dalam kombinasi anti HIV lainnya.
5. Dosis
Tablet & kapsul salut enteric peroral 400 mg /
hari dalam dosis tunngal atau terbagi.
6.
Efek samping
Diare, pancreatitis, neuripati perifer.
v ZALSITABIN
1.
Farmakokinetik
Zalsitabin mudah
diabsorpsi oral, tetapi makanan atau MALOX TC akan menghambat absorpsi
didistribusi obat ke seluruh tubuh tetapi penetrasi ke SSP lebih rendah dari
yang diperoleh dari AZT. Sebagai obat dimetabolisme menjadi DITEOKSIURIDIN yang
inaktif. Urin adalah jalan ekskresi utama meskipun eliminasi pekal bersama
metabolitnya.
2.
Mekanisme
kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara
menghentikan pembentukan rantai DNA virus.
3.
Resistensi
Resistensi
terhadap zalsitabin disebakan oleh mutasi pada reverse transcriptase.
Dilaporkan ada resisitensi silang dengan lamivudin. Spektrum aktivitas : HIV (1
& 2).
4.
Indikasi
Infeksi HIV, terutama pada pasien HIV dewasa
tingkat lanjut yang tidak responsive terhadap zidovudin dalam kombinasi dengan
anti HIV lainnya (bukan zidanudin).
5.
Dosis
Diberikan peroral 2,25
mg / hari(1 tablet 0,75 mg tiap 8 jam).
6.
Efek samping
Neuropati perifer, stomatitis, ruam dan
pancreatitis.
v STAVUDIN
1.
Farmakokinetik
Stavudin adalah analog timidin dengan ikatan rangkap
antara karbon 2’ dan 3’ dari gula.Stavudin harus diubah oleh kinase
intraselular menjadi triposfat yang menghambat transcriptase reverse dan
menghentikan rantai DNA.
2.
Mekanisme
kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara
menghentikan pembentukkan rantai DNA virus.
3.
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi
pada RT kodon 75 dan kodon 50. Spektrum aktivitas : HIV tipe 1 dan 2.
4.
Indikasi
Infeksi HIV
terutama HIV tingkat lanjut, dikombinasikan dengan antiHIV lainnya.
5.
Dosis
Per
oral 80 mg/hari (1 kapsul 40 mg, setiap 12 jam).
6.
Efek
samping
Neuropati
periver, sakit kepala, mual, ruam.
v LAMIVUDIN
1.
Farmakoinetik
Ketersediaan
hayati lamivudin per oral cukup baik dan bergantung pada ekskresi ginjal.
2.
Mekanisme
kerja
Obat
ini bekerja pada HIV RT dan HBV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai
DNA virus.
3.
Resistensi
Disebabkan
pada RT kodon 184. Terdapat laporan adanya resistensi silang dengan didanosin
dan zalsitabin.
4.
Indikasi
Infeksi
HIV dan HBV, untuk infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya
(seperti zidovudin,abakavir).
5.
Dosis
Per
oral 300 mg/ hari ( 1 tablet 150 mg, 2x sehari atau 1 tablet 300 mg 1x sehari
). Untuk terapi HIV lamivudin, dapat dikombinasikan dengan zidovudin atau
abakavir.
6. Efek samping
Sakit kepala dan
mual.
3. Proses Keperawatan Dari Obat-Obat
Anti Virus
1.
Pengakajian
· Dapatkan
tanda-tanda vital dasar dan hitung sel darah lengkap dari klien. Pergunakan ini
untuk perbandingan dengan hasil yang akan datang.
· Kaji
klien akan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala dari reaksi terhadap obat-obat
antivirus tertentu.
2.
Perencanaan
· Gejala-gejala
infeksi virus akan hilang atau mereda, tergantung dari virusnya.
3. Intervensi keperawatan
· Pantau
hitung sel darah lengkap klien. Laporkan hasil yang abnormal, seperti
lekopenia, trombositopenia dan hemoglobin yang rendah.
· Pantau
keluaran urine klien. Asiklovir dapat mempengaruhi fungsi ginjal.
· Pantau
tekanan darah klien. Asiklovir dan amantadin dapat mengakibatkan hipotensi
ortostatik.
4. Penyuluhan kepada klien
· Beritahu
klien untuk melaporkan reaksi yang merugikan kepada dokter, termasuk berkurangnya
keluaran urinee dan perubahan-perubahan pada system saraf pusat, seperti
pusing, cemas atau bingung.
· Beritahu
klien yang mengalami rasa pusing akibat hipotensi ostostatik untuk bangkit
dengan perlahan-lahan dari posisi duduk ke posisi berdiri.
· Nasehatkan
klien untuk menjaga masukan cairan yang memadai untuk memastikan hidrasi yang
memadai untuk terapi obat dan untuk mengingkatkan keluaran urine.
· Beritahu
klien yang menderita herpes genital untuk menghidari penyebaran infeksi dengan
berpuasa seksual atau dengan menggunakan kondom. Nasehatkan wanita yang
menderita herpes untuk melakukan tes Pap setiap 6 bulan atau sesuai petunjuk
dokter. Kanker serviks lebih sering terjadi pada wanita penderita herpes
simpleks.
· Beritahu
klien yang memakai zidovudin untuk memantau jumlah sel darahnya.
5.
Evaluasi
· Tentukan
efektifitas obat antivirus dalam menghilangkan atau dalam mengurangi
gejala-gejala.
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Kesimpulan
dari makalah ini adalah obat-obat antivirus dipakai untuk membasmi, mencegah
atau menghambat penyebaran infeksi virus. Virus bereplikasi sendiri dalam
beberapa tahap.
Tujuan
dari obat-obat antivirus adalah untuk mencegah replikasi virus dengan
menghambat salah satu dari tahap-tahap tersebut, sehingga dengan demikian
menghambat virus untuk bereproduksi. Kelompok obat-obat ini efektif untuk
melawan influenza, spesien herpes, human
immunodeficiency virus (HIV).
2.
Saran
Dengan selesainya makalah ini maka
saya selaku penulis akan memberikan saran berupa :
1. Bagi
perawat dalam melakukan proses keperawatan pada obat antivirus harus lebih
teliti dan memahami setiap jenis obat antivirus agar tidak terjadi kesalahan
atau maalpraktek.
2. Bagi
pembaca semoga makalah ini berguna untuk mempelajari dan mendalami materi
antivirus.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2009. Obat-Obatan Antivirus. http://blog.spot.co.id.obat-obatan antivirus
//dokumenhtml diakses Sabtu, 23 oktober 2010
Anonim,
2009. Farmakologi dan terapi obat antivirus. http://blog.rileks.com.//farmakologi-dan-terapi/obat//antivirus
diakses Sabtu, 23 oktober 2010.
Gunawan,
Suilistia Gan. Dkk. 2007. edisi 5. Farmakologi dan Terapi. Jakarta; Gaya baru
Gunawan,
Suilistia Gan. Dkk. 1995. edisi 4. Farmakologi dan Terapi. Jakarta ; Gaya baru
Kee,
Joyce L dan Hayes, Evelyn R. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta ; EGC
Drs.Tan
Hoan Tjay dan Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting ed. 6 depkes RI.
Jakarta.
Mary J. Mycek, Ph.D. dkk. 1995. Ed.
2. Farmakologi Ulasan bergambar. Jakarta; EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar